Senin, 09 Januari 2012

MOBILE DATA SERVICES - PRIMADONA BARU INDUSTRI SELULER

 *) by : ANOM RIYANTO

Mendingan ketinggalan atau kehilangan dompet daripada handphone saya Mas,…”. Ungkapan seperti ini mungkin pernah dilontarkan oleh sebagian orang. Tentunya alasannya ini dibenarkan oleh sebagian orang tadi. Asumsinya jika ketinggalan dompet di rumah atau kantor, ia masih bisa menelpon orang rumah atau kantor untuk mengamankan dompetnya. Atau jika sampai harus kehilangan dompet, mungkin hanya akan beresiko kehilangan uang, kartu ATM, KTP dan mungkin juga kartu kredit. Mereka pun berkenan merugi. Namun jika kehilangan ponsel/gadget seperti smartphone,  tablet PC dan sebagainya mereka mengaku takut akan terkucil dari pergaulan dunia maya.
Ini adalah gambaran nyata di jaman cyber, era broadband seperti sekarang ini. Jangan heran dengan pemandangan di setiap penjuru. Di bus, kereta, kantor, restoran, halte, mal, kampus dan sambil berjalan pun setiap orang memegang gadget seperti smartphone, tablet PC dan mata mereka terkonsentrasi hanya tertuju pada satu titik. Keadaan seperti ini tidak bisa dihindari, karena menyangkut “kebutuhan primer”, yakni data, informasi, komunikasi, gaya hidup yang serba cepat. Semua dapat diakses dan diikuti dalam hitungan detik bahkan real time. Kita bisa melihat informasi apapun seperti yang kita inginkan, hanya dari sebuah layar mungil sebesar genggaman telapak tangan. Dengan kehadiran social media dan networking websites seperti facebook, twitter, youtube, yahoo!answers, linkedin, myspace, google+ dan lainnya, hidup ini menjadi semakin juicy, crunchy, dan menggiurkan bukan ? Semua komunikasi dan aktifitas menjadi tanpa batas dan tidak mengenal perbedaan waktu. Jika anda tidak bisa mengikuti jaman seperti sekarang ini berarti…., Anda ketinggalan jaman, Gaptek

Gambar 1. Beragam layanan social media & networking


Salah satu pengaruh dari kehadiran layanan data adalah berubahnya kebiasaan dimana user mulai menomorduakan penggunaan voice (telepon) dan juga sms. Bersumber dari salah satu media internasional mencatat bahwa tahun lalu (2010) untuk pertama kalinya, jumlah penggunaan data berbentuk teks, email, video, dan web browsing , serta mobile application melampaui jumlah komunikasi melalui media suara (voice). Sama halnya dengan pernyataan salah satu vendor telco ternama, mereka mengatakan bahwa selama kurun waktu dua tahun terakhir ini penggunaan traffic untuk layanan data meningkat dan berkembang hingga mencapai 280 %. Fenomena ini terjadi salah satunya didukung dengan adanya faktor tren jejaring sosial di kalangan masyarakat dunia maupun di Indonesia, yang notabene sangat bergantung pada layanan data ini. Perkembangan penggunaan layanan data memang berdampak positif untuk penyebaran informasi. Dari hasil riset oleh sebuah lembaga survei menjelaskan bahwa, hampir setengah dari semua pengguna internet Indonesia mengakses internet melalui ponsel mereka dan ini akan terus meningkat, jumlah yang lebih signifikan akan terus bertambah seiring penggunaan perangkat ini untuk akses online.

Gambar 2.  Berakhirnya Era Voice dan peningkatan kebutuhan layanan data, yang memperlebar 'Revenue Gap'.


Bagaimana dengan operator seluler di Indonesia ? Terjadinya peralihan pelanggan selular (voice dan SMS) ke mobile data services, memberikan peluang untuk pengembangan bisnis tersebut yang dinilai masih sangat potensial. Hal-hal apa saja yang mendorong operator masih fokus dalam membidik pengembangan bisnis mobile data services ini ?
Ø  Penetrasi selular yang sudah mencapai 97%, sedangkan jumlah simcard yang beredar sudah lebih dari 100% jumlah penduduk, sehingga pasar mulai mencapai titik jenuh. Hal ini cenderung membuat operator tidak terlalu signifikan lagi membidik pertumbuhan pelanggan. Dari paparan analis lembaga riset, pendapatan layanan data industri telekomunikasi di Indonesia tahun 2011 ini diperkirakan mencapai 3,4 miliar dolar AS. Angka tersebut semakin mendekati pendapatan suara yang diprediksi mencapai 6,41 miliar dolar AS
Ø  Masih adanya celah/ruang untuk pelanggan selular yang belum terkoneksi dengan akses internet dengan porsi sekitar 36 %
Ø  Penetrasi broadband di Indonesia yang ditargetkan mencapai 30% pada 2014, dari posisi saat ini di bawah 5%
Ø  Minimnya ketersediaan infrastruktur fixed broadband di Indonesia
Ø  Pengguna internet yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika jumlah pengguna pada tahun 2006 mencapai 20 juta, maka selanjutnya menjadi 25 juta (2007); 31 juta (2008); 40,4 juta (2009), serta 48,7 juta pada akhir tahun 2010 lalu. Angka ini sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan social media, seperti pengguna Facebook & Twitter. Untuk pengguna internet di Asia, Indonesia masuk dalam empat besar setelah China, India dan Jepang.
Ø  Kehadiran perangkat yang memiliki kapabilitas untuk mengakses internet seperti telepon genggam, smartphone dan tablet menawarkan akses yang mudah ke internet. Sehingga konsumen Indonesia  tidak bergantung pada ketersediaan layanan broadband kecepatan tinggi di rumah atau melalui Personal Computer (PC).

Gambar 3. Perkembangan & prediksi pendapatan layanan seluler di seluruh dunia


Apa saja yang perlu menjadi perhatian dan tantangan bagi operator seluler di Indonesia dalam memberikan dan mengembangkan bisnis mobile data services ini ?

Ø  Perluasan layanan dan pembangunan jaringan pita lebar (broadband) seperti melalui teknologi 3G. Pengembangan jaringan backbone dan backhoul. Salah satu tantangan yang dihadapkan bagi operator adalah untuk bisa menyediakan kapasitas transmisi yang cukup untuk kebutuhan layanan data baru yang bandwidth-nya bersifat grafik eksponensial. Disini pemilihan sistem/media transmisi harus mempertimbangkan faktor kapasitas, kualitas, biaya & waktu untuk pembangunan infrastruktur tersebut. Semisal apakah akan menggunakan akses radio frequency (RF)/radio microwave (MW) atau menggunakan media serat optik. Kapasitas 3G yang terlalu dipaksakan membuat 3G yang ada di berbagai operator saat ini menjadi lelet padahal sudah ada embel embel broadband. Contoh, kapasitas yang seharusnya digunakan oleh 1.000 orang, kemudian dijual hingga ribuan orang menggunakan sarana yang sama. Analoginya sama dengan ruangan berkapasitas 100 orang dipaksakan untuk menampung 500 orang.

Gambar 4 . Kebutuhan bandwidth yang diperlukan dalam berbagai aplikasi mobile data

Bisa kita lihat penggunaan bandwidth pada layanan data yang sangat besar. Belum lagi varian konten yang diberikan pun ikut mendorong penggunaan bandwidth yang makin besar. Jika bandwidth tidak dibatasi alias unlimited, maka bisa kita bayangkan demand bandwidth akan membengkak. Padahal saat ini dengan hanya membayar kisaran 50-100 ribu per bulan maka anda akan mendapatkan akses internet tanpa batas. Para operator pun harus berpikir keras bagaimana caranya memberikan akses internet yang tidak bermasalah tetapi dengan harga murah dan juga unlimited, serta tidak lupa menghasilkan profit.
Ø  Memberikan skema harga baru yang menarik. Pelanggan mengharapkan operator memberikan tarif layanan data (mobile data services) berharga murah dengan kualitas yang lebih baik. Hasil jajak pendapat oleh sebuah lembaga survey terhadap 100 pengguna telekomunikasi menyatakan mayoritas responden menganggap tarif layanan data saat ini masih mahal. Sebanyak 81,25 % responden menghendaki tarif akses data diturunkan. Dari 100 orang yang memiliki latar belakang yang berbeda menginginkan batasan maksimal tarif hingga Rp.50.000 per bulan. Seluruh responden menginginkan kualitas jaringan dan layanan kepada pelanggan harus lebih baik. Sedangkan dari sisi kecepatan akses mayoritas responden mengharapkan kapasitas sebesar 512 Mbps sudah mencukupi asalkan tetap dedicated tanpa putus. Pelanggan umumnya atau sekitar 88 % lebih suka berlangganan layanan data dengan pola tanpa batas (unlimited). Adapun pengeluaran rata rata untuk layanan data adalah Rp.50.000 - Rp.100.000. Rencana yang saat ini sudah dipersiapkan oleh operator adalah penggunaan teknologi 4G dengan akses data 100 Mbps yang dinamakan LTE (long term evolution). Apabila teknologi LTE ini nantinya jadi diterapkan, kemungkinan akan berpotensi mengubah skema penentuan harga layanan data yang ditawarkan operator telekomunikasi. Layanan data berbasis 3G yang ditawarkan operator seluler saat ini umumnya bersifat unlimited dan dapat digunakan untuk mengakses apapun seperti musik, video, email dan berselancar di dunia maya. Namun, dengan adanya LTE, layanan yang sifatnya unlimited bisa jadi tidak akan ada. Jadi, layanan seperti musik dan video dapat dihargai secara terpisah. Bagi konsumen, sistem seperti itu menguntungkan karena kualitasnya akan lebih baik ketimbang satu harga untuk semua layanan. Layanan LTE akan disertai pula dengan standar kualitas, Quality of Service (QoS) untuk menjaga mutu.
Ø  Kebijakan dan regulasi dari pemerintah. Pemerintah melalui Depkominfo & BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) selaku regulator termasuk KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) hendaknya mendorong regulasi atau kebijakan tentang pengaturan/pengalokasian blok/spektrum frekuensi, pengembangan infrastruktur dan juga persaingan antar operator. Untuk menghadirkan layanan data yang berkualitas saat ini, termasuk dalam menghadirkan layanan teknologi LTE terhadang oleh keterbatasan spektrum frekuensi karena okupansi sudah mendekati puncaknya. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang memihak terhadap eksistensi operator nasional dan dukungan parlemen dalam mengawal penataan spektrum yang lebih transparan dan memihak kepentingan nasional. Regulator tidak perlu memberlakukan aturan ketat jika persaingan tersebut sehat dan memperkaya pilihan masyarakat.

Gambar 5. Smooth Evolution teknologi 3G menuju teknologi LTE (4G)


Ø  Segmentasi pasar. Salah satu lembaga riset membuat sebuah laporan baru yang menunjukan tingkat pemakaian data di kalangan anak muda meningkat tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Segmen tersebut memberi kontribusi terbesar terhadap total pengguna layanan data. Survei diolah dari hasil tagihan rekening ponsel bulanan lebih dari 65 ribu responden. Hasilnya, pemakaian data rata-rata responden berusia 13-17 tahun sekitar 90 MB per bulan pada 2010, lalu meningkat 256 % pada 2011 menjadi 321 MB. Pada periode yang sama, penggunaan data di segmen usia 18-14 tahun meningkat 147 %. Di segmen usia 25-34 terjadi peningkatan 118 %. Sedangkan di segmen 35-44 tahun, peningkatannya mencapai 133 %. Fakta lain menunjukkan adanya peningkatan sebesar dua kali lipat di kalangan seluruh pengguna. Penyebabnya, data dapat menjadi alternatif dari layanan suara. Jumlah pengiriman pesan di kalangan anak muda rata-rata mencapai 3.417 per bulan. Tingginya angka akses kaum muda kepada internet salah satunya karena layanan social media yang ditawarkan para pengembang dunia maya atau digitalpreneur. Dan secara demografi kalangan anak muda jumlahnya lebih banyak dari orang tua. Ingat piramida penduduk di Indonesia adalah kerucut.
Ø  Manawarkan formula yang memanjakan kepada pelanggan yang bersifat fleksibel dan menguntungkan. Ada sejumlah formula yang bisa ditawarkan agar bisnis mobile data ini saling menguntungkan bagi operator dan juga pelanggan. Misalnya kemudahan untuk memilih fitur layanan data yang disukai pelanggan dan bebas menggunakannya di segala perangkat yang terhubung dengan internet. Pemberian insentif kepada pelanggan loyal agar tetap senang menggunakan layanan. Di satu sisi kenyamanan pelanggan ini akan terus mempertahankan average revenue per user (ARPU) untuk operator. Formula lainnya ialah dengan menawarkan program menarik sesuai momentum khusus.
Jelas, di saat ini pelanggan sudah mulai masuk dalam fenomena talking less and tweeting more, ditengah turunnya pendapatan dari sms dan voice, mobile data services akan tumbuh dan menjadikannya sebagai pembangkit revenue yang signifikan bagi operator dan dipastikan bakal menjadi primadona industri seluler di tahun 2012.

*) dibagi dan dimuat di blog ini dengan seijin dari Sdr. Anom Riyanto 

Antara Air Kolam dan Anakku : Bermainlah, Nak ..

Bermain Air ...