Rabu, 11 Desember 2013

Belajar Negosiasi dari Steve Jobs


 
Tiga Tips Negosiasi Ala Steve Jobs

 
Adhika Dwi Pramudita December 6, 2013

Ketika memulai negosiasi, bahkan tidak ada satu orang pun di Apple yang percaya bahwa AT&T akan menyetujui Apple, kecuali Steve Jobs sendiri.
Negosiasi sering menjadi hal yang sangat sulit bagi entrepreneur muda di Indonesia. Bahkan bagi mereka yang mempunyai latar belakang sekolah bisnis pun, melakukan negosiasi tidak semudah yang mereka bayangkan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita belajar kemampuan negosiasi bisnis langsung dari pakarnya. Siapa yang bisa mengalahkan Steve Jobs dalam hal negosiasi? Selain merevolusi dunia musik dengan bernegosiasi dengan semua studio musik besar dunia, Steve Jobs juga berhasil meyakinkan AT&T (Telkom-nya Amerika) untuk mensubsidi pengguna iPhone. Hasil negosiasi Steve Jobs sangat jelas, iTunes merevolusi dunia musik, sedangkan iPhone berhasil merebut 30% pangsa pasar smartphone dunia hanya dalam 2 tahun. Sebenarnya, apa rahasia kemampuan negosiasi Steve Jobs? Ini dia rahasianya.


Pahami Produk Anda Sampai Detail
Steve Jobs adalah orang yang sangat detail, sampai terlibat dalam pembuatan produknya sendiri. Hal ini memungkinkan beliau untuk benar-benar memahami semua produknya, memudahkannya untuk menonjolkan kelebihan produk ke calon partner saat bernegosiasi. Steve Jobs bisa merespon dengan tepat, mengarahkan arah negosiasi dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya bisa dijawab solusinya dengan produk Apple sendiri. Tanpa memahami produk Anda sampai detail, Anda tidak akan punya peluang untuk memenangkan sebuah negosiasi.
Percayalah Dengan Visi Anda
Terutama bagi Anda yang masih merintis sebuah startup, Anda tidak akan bisa berjalan jauh tanpa percaya dengan visi utama perusahaan Anda. Secara singkat, Anda harus bisa meyakinkan setiap orang yang bertemu dengan Anda mengenai betapa penting perusahaan Anda di masa depan. Steve Jobs sangat percaya dengan visi dan produknya sendiri. Beliau percaya bahwa Apple akan merubah dunia. Bahkan ketika negosiasi dengan AT&T sempat mengalami jalan buntu, Steve Jobs sempat berniat menawarkan jaminan senilai 1 Milliar Dollar. Apabila Apple iPhone tidak laku di pasaran, maka AT&T berhak mengambil uang 1 Milliar Dollar tersebut. Meskipun pada akhirnya proses negosiasi berjalan lancar tanpa melibatkan uang jaminan Steve Jobs, klaim besar dari Steve berhasil meyakinkan eksekutif AT&T untuk mengambil resiko membantun iPhone.
Mintalah yang Besar dan Perjuangkan
Steve Jobs memulai negosiasi dengan permintaan yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh perusahaan telekomunikasi manapun. Steve Jobs meminta AT&T memungkinkan pelanggan hanya membayar $50 per bulan untuk biaya data, voice, dan sms unlimited, dengan komisi $10 dari tiap pelanggan untuk Apple. Tentu saja hal ini memberatkan AT&T, namun dengan kombinasi antara pemahaman produk, pasar, dan perjuangan Steve Jobs meyakinkan lawan negosiasinya, AT&T akhirnya menyetujui rencana dari Steve Jobs. Padahal, ketika memulai negosiasi, bahkan tidak ada satu orang pun di Apple yang percaya bahwa AT&T akan menyetujui Apple, kecuali Steve Jobs sendiri.

Menjadi the next Steve Jobs memang hal yang hampir mustahil. Namun, Sobat Studentpreneur, tips di atas setidaknya bisa membuat Anda lebih baik dalam bernegosiasi.

http://studentpreneur.co/tiga-tips-negosiasi-ala-steve-jobs/

Kamis, 27 Desember 2012

MENENGOK AXIATA di KOTA MEDAN

Tanda dan Buah Cinta Di Dalam Kamar

Paten, kaleeee pun !!! Mungkin ini satu-satunya di Indonesia, bila ada sebuah toko yang memajang Akte Kelahiran anaknya diantara barang dagangannya. Sempat kaget saat pertama kali melihatnya. Dan isteri si empunya toko, Rizka Apriani pun tertawa melihat keheranan kami.

“Ini salah cetak .. mestinya tertulis Hezka, bukan Hezwa,” tangannya menjulur mengambil Akte Kelahiran, yang baru diterimanya siang tadi. “Untung tulisan lainnya tercetak benar”, lanjutnya melanjutkan tawa. Kedatangan kami disambut Heri dan Rizka, pasangan suami isteri pemilik toko Cahaya Ponsel, di kawasan Jl. Ayahanda, Medan dengan suka cita.  

Toko handphone, aksesories dan kartu perdana diatur rapi di rak kaca sepanjang 5 meter. Ini bukan sekadar toko, tapi juga rumah. Ruang tamu diatur sederhana persis dibelakang rak-rak. Di belakangnya lagi, dipisah sekat dijadikan tempat untuk duduk-duduk. Sementara di bagian belakang, bersebelahan adalah kamar tidur dan dapur yang lumayan luas.

Aku ingin membuktikan Cinta, yang tak hanya diungkap dengan kata dan simbol. Teringat kutipan cinta dari penulis pujaanku, Kahlil Gibran, “Aku mencintai dengan sederhana … seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.” Entah, apa hubungan kutipan yang kuingat ini dengan apa yang kulakukan dengan beberapa kawan kantor di toko ini (10/12/12).

“Saya cinta sama XL .. makanya saya datang ke Jl. Diponegoro, dan meminta ijin pake nama Axiata untuk anak kedua saya,” kisah Rizka kepada kami. Wajahnya berbinar … “Ini sudah jadi Akte Kelahirannya .. Axiata  Putri Heska” ujarnya setengah berteriak. REsmi sudah bayi kelahiran 21 Maret 2012 ini menyandang nama Induk perusahaan XL Axiata. *) tepok jidat -J

Kami yang datang bertiga cuma terdiam. Entah kalimat apa yang akan kami ucapkan, melihat wujud Cinta yang ditunjukkannya melalui selembar kertas bernama Akte Kelahiran. Membayangkan pun rasanya tidak. Kedatangan kami kesini, pun, awalnya adalah memenuhi perintah atasan, VP West Region dan GM Sales. Karyawan wajib, dan harus belajar di lapangan. Melihat bagaimana produk kita dijual, dikomunikasikan ke masyarakat, dan kita bantu memberikan edukasi ke outlet-outlet dan pedagang selular. Kami pilih Cahaya Ponsel, karena dari cerita kawan-kawan di kantor, pasangan pedagang ponsel ini memberi nama anaknya Axiata. Penasaran, dan pingin tahu, apa dan mengapa sampai mereka memberinya nama Axiata.

Rasa penasaran terobati, dan kami belajar dari pasangan Heri dan Rizka ini tentang CInta. “Ini wujud cinta saya kepada XL,” ungkap Rizka. Cinta bagi Riska ternyata memang tidak muluk-muluk. Cinta yang didefinisikan dengan sederhana. Baginya, Cinta adalah saling mengingatkan dan saling mendukung. Kalaupun ini berkaitan dengan penghidupannya sebagai pedagang ponsel, aksesories dan kartu selular, maka cinta diartikan lagi sebagai member pelayanan, dan saling membantu. “Saya cinta XL karena pelayanannya. Banyak provider dengan tariff dan segala macamnya … dengan XL, masalah apapun, sekecil apapun, kita nyaman berjualan. Begitu ada masalah kita bagi ke XL, dan langsung turun. Kita dibantu, kita dibackup oleh team XL,” jelas Rizka yang sebelum hidup berdagang, pernah bekerja sebagai Bendahara di salah satu SMP Negeri di Kisaran.  

Di sudut ruang, di ruang tengah … tersusun rapi kado-kado yang diberikan oleh kawan-kawannya, untuk Axiata. Di sudut ruang itu pula, plastic vinyl bertuliskan Hot-Rod 3G menjadi backdrop tumpukan hadiahnya. Aku nyelonong kedalam, sembari setengah berteriak,
“Mbak … Axiata lagi dimana?”
“Lagi tidur di kamar, pak,” yang menjawab Heri, si bapak.
“Boleh lihat, kah ? tanyaku lagi.
“Boleh .. masuk aja ke kamar,” tukasnya sambil bergegas berjalan menemaniku menuju kamarnya.

Woooww … Masya Allah !! Kamar itu … Mengingatkan aku pada diskusi santai dengan Aldi Desmet, rekan setimku, beberapa hari sebelumnya. Waktu itu aku bertanya, apa salah satu tanda seorang karyawan mencintai perusahaannya.
Aldi jawab, “Kerja keras, kerja cerdas, jujur dan memberikan yang terbaik bagi perusahaan.”
Kujawab, “Betul, Al “ … Tapi, “Aku membayangkan lebih dari itu. Di ruang pribadinya, tersembunyi simbol-simbol sayang dan cinta. Di setiap waktu dan tempat yang tak banyak orang lain tahu, dia menyimpan sesuatu yang tak terkatakan, bawah sadarnya melakukan sesuatu untuk perusahaan, tanpa disadarinya,” jelasku.
  
Ini dia … !! Menjelang masuk kamar mereka, kamar yang bukan milik karyawan XL, persis di sebelah pintu masuk kamar, dindingnya terbungkus vinyl XL.. Mata beralih ke TV yang masih menyala dan diletakkan di atas rak, yang dipenuhi stiker XL. Jejeran SP XL di atur rapi di sebelah TV, di kamar berukuran 5 x 5 meter itu. Bulu tanganku berdiri .. kamera di tanganku yang sedianya bermaksud untuk memotret, pun sempat tak sanggup kuangkat.
Di tempat tidur, sedang tidur nyenyak pemilik wajah lucu, cantik nan rupawan, Axiata Putri Heska … Menggemaskan.

Kunjungan 30 menit yang berkesan dan penuh makna. Logo dan branding di bagian depan yang penuh dengan nuansa XL .. puluhan jajaran SP XLKu yang teratur rapi di rak kaca Cahaya Ponsel. Itulah wujud luar nan wangi, bersih, dan menjadi bungkus cinta. Tapi di dalam, lebih dari sekadar bungkus… di kamar itu, tempat Axiata Putri, ayah dan ibunya berbaring … Aku membayangkan posisi tidur mereka (bukan porno, lho -J) Saat akan tidur, mata mereka akan selalu melihat XL. Begitupun saat bangun, niscaya mereka berdua, Heri dan Rizka, akan melihat logo dan stiker XL. “Tengok Axiata dulu ya pak .. jangan terus lihat logonya,” ujarku tertawa.