Senin, 19 Desember 2011

Wind of Changes


“WIND of Changes”
Menuju Mobile Data Services
(FAJ)


Dunia telekomunikasi telah berubah. Semakin mudah, dan murah. Kebutuhan terhadap keterhubungan yang semakin mudah, dengan beragam pilihan murah, bahkan gratis tersedia di setiap sudut aplikasi di jalur internet.
Bertelepon melalui perangkat telepon cerdas (smartphone), tak lagi berbicara antar pelanggan berbasis layanan operator saja. Layanan operator menyediakan ‘jembatan’ bagi tersedianya sambungan internet, dan di atas internet (over Internet Protocol : Over IP) tersedia beragam aplikasi yang memungkinkan seseorang melakukan komunikasi gratis.
Operator menjual paket layanan sambungan internet, dengan beragam bentuk, kapasitas dan harga atau tarif tertentu. Dengan menjual paket internet berbasis prabayar, maka pelanggan sudah dapat memilih pola dan format komunikasi macam apa yang paling cocok dan pas sesuai dengan kebutuhannya.

Aplikasi sosial atau personal media seperti facebook, what’sapp, skype, Instant Messaging, Chat’s On, hingga beragam aplikasi under Google,  semuanya berjalan di atas ‘jalan’ internet. Ketergantungan pada jalur jalan internet baik di mobile (bergerak) phone maupun statis (menetap) via laptop, Personal Computers via modem menuntut para penyedia layanan telekomunikasi berjuang menjaga kapasitas dan kualitasnya. Menyediakan jalur internet agar pelanggan bisa berselancar mulus, bertukar data, informasi, rekreasi hingga hiburan sudah menjadi layanan dasar yang harus dipenuhi oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi.
Lompatan terbesar pengguna internet di tahun 2010 dan 2011 adalah pengguna layanan internet mobile (bergerak). Kebutuhan terhadap penggunaan internet mobile ini masih akan bertumbuh cepat hingga tahun 2014. Sebuah survey mengkalkulasi pertumbuhan pengguna internet dari 42 juta di tahun 2010, bertumbuh menjadi 55,23 juta di tahun 2011. Dari total pengguna internet tersebut, termasuk di dalamnya pengguna internet mobile, yang bertumbuh dari 16,2 juta (2010) menjadi 29 juta di tahun 2011 ini. Sebuah angka fantastis, yang menunjukkan pertumbuhan luar biasa.  
Pertumbuhan ini paralel dengan pola dan kecenderungan berkomunikasi di berbagai belahan dunia, negara-negara lain di Eropa, Amerika, bahkan di Asia. Dikenal sebuah istilah generic, Mobile Data Services (baca: MDS). Perdebatan siapa yang memulai munculnya kebutuhan dan perubahan pola dan cara berkomunikasi, saat ini sudah tidak terlalu relevan dibicarakan. Apakah dorongan kebutuhan terhadap kemudahan berkomunikasi orang per orang / kelompok yang memulainya ? Atau dorongan pengembang teknologi device (perangkat) untuk ‘menjual’ kemudahan dengan kompensasi biaya investasi yang cukup mahal ?
Wacana yang hadir dan harus terjawab adalah apa dan bagaimana MDS ini tersaji sebagai layanan dasar telekomunikasi yang disediakan oleh operator selular. Bertahun-tahun yang lalu, layanan dasar telephony adalah Voice (suara) dan SMS (Short messages services). Apapun bentuknya, merujuk ke voice dan SMS, termasuk di dalamnya layanan VAS (value added services) Maka saat ini, mesti disiapkan bentuk layanan dasar yang akan jauh lebih complicated oleh operator, yang dibutuhkan oleh pelanggannya, yaitu : MDS.

“Lompatan Kodok” Mobile Data Services
Lucu juga membaca istilah Leapfrog (Lompatan Kodok / Katak), yang dipakai sebagai gambaran perpindahan pola dan cara berkomunikasi pengguna layanan selular atau internet. Sebuah permainan anak-anak dengan beragam gaya variasinya, yang mesti melompat bak seekor kodok. Permainan ini telah dimodifikasi menjafi beragam bentuk permainan matematika, maupun latihan-latihan jasmani agar lebih menghibur dan menarik bagi anak-anak.  
Kenapa bukan Leaptech, ya ? Kalaupun kita pergunakan istilah QuantumLeap, seperti judul film, tentulah semakin berlebihan istilahnya. Lupakanlah intermezzo ini. Yang penting, kita tahu apa inti dari ungkapan tersebut. Dulu orang lebih suka memakai Personal Computer untuk mengakses internet. Tidak bergerak, kecuali duduk di kursi dan meja untuk meletakkan komputernya.
Kini berubah. Pengguna internet via PC’s sudah mulai bergeser menjadi Laptop. PC belum akan hilang dari peredaran. Masih banyak yang membutuhkan PC, namun akan lebih banyak yang berpindah ke komputer bergerak. Apa pasal? Harga Laptop / netbook, di pasaran sudah semakin murah. Ditambah lagi, modem pun sudah tidak lagi tercolok dari sambungan telepon di rumah, tapi sudah berbentuk dongle (modem bergerak) yang tinggal dicolok melalui USB port.
Jalur internet via laptop, sudah bisa mulai berpindah-pindah. Tak hanya di kantor, atau di ruang makan, tapi bisa dibawa hingga tempat ngopi hingga café-café. Tersedialah di ruang-ruang public, restoran, hotel,  layanan wifi gratis.

Gambaran di atas, merupakan contoh perilaku yang mudah ditemui. Pada kelompok tertentu, sudah menjadi habits yang sulit dihilangkan.
Itulah Leapfrog. MDS “dianggap” sebagai Lompatan Kodok. Berapa jauh si Kodok melompat, pasti bisa diperkirakan. Namun tetap saja lompatan itu mengejutkan. Pengguna aplikasi MDS pasti akan mengalami kenaikan.

RIBETNYA MENYEDIAKAN INFRASTRUKTUR MDS
Inilah peluang bisnis, peluang investasi, sekaligus tantangan di bisnis telekomunikasi. Market semakin melebar. Connected Generation sudah lahir, dengan kebiasaan-kebiasaan yang membentuk kultur baru dalam bermasyarakat. Tatanan social pun segera berubah drastis. Cara berinteraksi antar manusia menjadi semakin berbeda.
Bertemu mata menjadi sesuatu yang mahal, seiring dengan semakin murahnya pertemuan on-line. Masih beruntung, sekolah-sekolah masih mewajibkan kehadiran murid-muridnya di ruang-ruang kelas. Kantor-kantor masih mengharuskan meeting-meeting regular dengan bertemu langsung.
Mari kita simak sejenak, beberapa survey dibawah. Survey yang menjadi pijakan para pebisnis IT dan Telko untuk menjawab kebutuhan perubahan komunikasi, khususnya di Indonesia.

Sekilas pandang, survey menunjukkan sebuah trend baru cara berkomunikasi. Dari pola basic telephony (voice) menuju penggunaan data. Tren tipis menurun dari pola bicara melalui telepon, dan tren kenaikan dari penggunaan data (internet - browsing, value added service, penggunaan aplikasi via Internet Protokol).
Sambungan internet menjadi infrastruktur utama untuk beragam aplikasi yang mengubah cara insan berkomunikasi. Di atas infrastruktur internet (istilah teknisnya over Internet Protocol : Over IP) seseorang bisa melakukan komunikasi apa saja. Tergantung dari aplikasi yang disediakan oleh penyedianya. Hebatnya lagi, beragam aplikasi yang tersedia ini banyak yang benar-benar gratis-tis !! Mau cari info, puluhan pilihan social media, hiburan, edukasi, dan segalanya.
Sekilas survey di atas, sekadar menunjukkan perubahan-perubahan yang sudah terjadi.
Ketersediaan beragam device yang paling yahuud semakin mendorong pertumbuhan MDS. Smartphone atau telepon cerdas, itu nama generiknya. Jangan ngomong merek atau seri produknya. Ratusan !! Masing-masing produk dijejalkan ke masing-masing marketnya.
Ada yang menyebut, konsumerisme dalam 3-5 tahun mendatang adalah IT dan layanan telekomunikasi. Entah tepat atau tidak istilah ini, dan bila diteruskan bisa kita sebut saja sebagai Konsumerisme yang murah-meriah. Bagi penggunanya harga masuk ukuran kantong, bagi pebisnisnya mencari peluang keuntungan recehan, dari satuan mata uang terkecil yang bila diakumulasi menjadi keuntungan besar. Semua orang menggunakannya. Jumlah pelanggan telekomunikasi melebihi jumlah penduduknya, satu orang memegang lebih dari 1 device / telepon. Bagaimana tidak … telekomunikasi seolah-olah sudah menjadi kebutuhan primer (baca: utama).
Dan kini, tuntutan terhadap ketersediaan jaringan menjadi isu utama. Para pelanggan yang sudah naik level dari hanya sekadar bercuap-cuap di telepon, menjadi sibuk ber-BBM, browsing, chatt’on, atau mengupdate statusnya fia FB atau yang terbaru Google+.
Ada kegembiraan, ada juga perjuangan. Menyediakan infratruktur yang memadai untuk menampung pertumbuhan data yang demikian tinggi bukan sesuatu yang mudah dan murah. Terbalik 180 derajat dengan yang dinikmati oleh pelanggan. Bagi penyedia infrastruktur jaringan ini peluang bisnis, yang sulit dan mahal.
Untuk menyediakan layanan yang mudah dan murah, dibutuhkan usaha yang sulit dan mahal. Menjawab Contra diction in terminus ini para penyedia infrastruktur jaringan memeras otak. Ini pertempuran dengan diri sendiri : kemampuan financial, adaptasi teknologi dan dukungan regulasi dan political will di negeri ini. Masih ada satu factor lagi yang mesti dikaji pada tema terpisah : kompetisi (akan diulas di ruang dan waktu yang lain).
Mari kita mulai dengan menyimak grafik dibawah, untuk menunjukkan apa isi dari jaringan infrastruktur telekomunikasi data yang kerap digunakan pelanggan, dan berapa besar perbandingan kapasitas aplikasi yang menduduki jaringan.
Nah .. tinggal mencocokkan saja, apa kebiasaan pelanggan, dengan konsumsi jaringan yang didudukinya. 
Sumber : Internet

Mari kita melompat sejenak … Menulis dengan Lompatan Kodok.
Dengan pengetahuan yang terbatas, dan mengandalkan pengamatan perilaku langsung, informasi dan analisa dari beberapa tulisan dan survey di internet, kita akan menyaksikan ruwetnya mengurus bisnis ini. Bukan berarti tak bisa diurai, tapi perlu waktu dan keberanian bagi para perusahaan telekomunikasi untuk mendesain arsitektur bisnisnya, agar para insinyur sipilnya bisa membangun gedung yang kokoh agar perusahaan tetap berdiri.
Tiga pilar utama Coverage, Capacity dan Quality masih juga menjadi isu. Sebagai kebutuhan paling mendasar dari tersedianya layanan telekomunikasi, ketiga pilar tersebut tetap menjadi perhatian yang sangat serius. Coverage yang luas membuka peluang terbukanya pasar. Kapasitas yang besar membuka peluang semakin banyaknya pelanggan. Kualitas yang baik akan menjamin loyalitas dan kesetiaan pelanggan. Tapi sekali lagi, mesti dihitung dengan hati-hati karena menyangkut nilai investasi, sekaligus perhitungan utama bisnis untuk mengembalikan investasi yang sudah ditanamkan (ROI : Return of Invesment).
Secara teknis, ketiga hal ini pun sangat diperhitungkan irisannya. Perlu settingan yang pas untuk menyeimbangkan antara Coverage, Capacity dan Quality. Mengedepankan yang satu, akan mengorbankan yang lain. Sama-sama kelas motor bebek standart, tapi di tangan mekanik yang handal bisa berbeda kecepatannya.  

Jangan tergesa-gesa untuk menelaahnya … jadikan dulu informasi / survey yang berserakan dimana-mana sebagai pengetahuan .. naikkan menjadi pengertian bila membutuhkannya, ubah menjadi pemahaman bila ingin menerapkan dalam kaitan dengan bisnis.
Sebagai pengetahuan, ini adalah informasi yang bermanfaat. Sebagai pengertian, ini adalah ‘sesuatu’ yang bermanfaat sebagai wacana untuk diskusi atau sharing session. Sebagai pemahaman, maka mesti mengkritisi dan mengekplorasi survey / informasi ini sebagai batu pijak dalam bertindak.
Asumsinya, kebutuhan terhadap data mendorong para penyedia layanan telekomunikasi menyediakan 2 kendaraan dan 2 supir. Untuk kondisi saat ini, memilih jalan hanya di jalur DATA bukanlah jawaban yang paling tepat. Demikian juga memilih untuk tetap bertahan di jalur VOICE – SMS bukan jawaban yang paling pas.
Untunglah teknologi menolong operator telekomunikasi. Produsen asal China, misalnya, menyediakan kemampuan double track yang luar biasa dan simple. Yang sudah ada 2G – 2.5 G untuk mengupgrade-nya tinggal colok aja perangkat tambahan 3G – 3,5 G. Begitulah gambaran sederhananya.
Murah ? Sebentar … kita tidak berbicara angka rupiah atau dolar yang dikeluarkan. Kita pergunakan logika umum saja. Perangkatnya memudahkan untuk ekspansi atau upgrade, maka usaha menuju yang  memudahkan tentu saja berlaku kebalikannya.
Bila infrastruktur dianggap sudah memadai, maka berikutnya adalah mengubah ‘gaya’ komersialnya. Bahasa pasarnya, mengubah gaya berjualannya. Mengapa harus berubah, karena konsumennya juga berubah. Dari gaya akuisisi mesti bersiap ke gaya rentensi .. Akuisisi di sini diluar konsep kompetisi. Dalam kompetisi, akuisisi tentu saja masih sangat diperlukan.
Berubah juga dari sisi fitur atau variasi produknya. Dari pola satu layanan berbayar menuju layanan bundling (paket). Dari pesan makanan per lauk pauk, menjadi All U Can Eat.
Tak mudah mengubah mindset sebuah bisnis. Apalagi berjalan beriringan dengan semakin banyaknya tenant (penyedia layanan) lain yang wajib bergabung sebagai partner / mitra / vendor.

Catatan Pinggir

Paket 25 ribu, 500mb (07 Nov) -- Cepat, hemat dan XLangkah lebih maju.  Alasan ini yang membuat XL terus berinovasi untuk memuaskan pelanggan. Setelah sukses di berbagai Paket Internet, kini XL memiliki paket baru Internet Rp25 ribu perbulan dengan kouta 500MB dengan kecepatan maksimal up to 3.6 Mbps. Paket ini efektif tanggal 7 November 2011.
Paket hanya berlaku bagi pelanggan Prabayar.  Kelebihan pemakaian akan dikenakan Rp 1 / KB kecuali pelanggan mengambil paket tambahan. Untuk dapat menggunakan paket ini pelanggan harus melakukan aktifasi terlebih dahulu dengan cara mengetik *123*425#, atau bisa juga  melalui SMS dengan ketik XLNet25  kirim ke 868.
Layanan internet semakin memasyarakat. Melalui paket ini, XL ingin memudahkan masyarakat dan pelanggan dalam mengakses internet secara lebih murah sehingga manfaatnya bisa lebih dinikmati.

XL Hotrod 3G+ (23 Okt) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, atas pengalaman berkomunikasi yang berkualitas. Dengan basis teknologi 3,75G yang unik, maka layanan selular terbaik akan bisa diakses lebih cepat, lebih jelas dan lebih jernih.

Di pusat perbelanjaan banyak terjadi transaksi bisnis, maka XL Hotrod 3G+ dimulai dari pusat perbelanjaan. XL Hotrod 3G + racing event adalah pengujian jaringan 3G yang dilakukan dengan berbagai perangkat, baik secara mobile, maupun yang tetap. Pelanggan akan bisa merasakan langsung seperti apa kualitas layanan 3G XL, dengan melakukan streaming, download dan game online. Melalui teknologi ini, kita bisa menikmati data video streaming yang lebih cepat.

Blind Test – Cambridge Mall – (22 Sept) Hasil pengujian pertama jaringan dengan menggunakan donggel, untuk operator XL download speed mencapai 0,71 Mbps, upload speed mencapai 0,35 Mbps. Sedangkan operator kedua download speed mencapai 0,05 Mbps dan upload speed 0,04 Mbps. Operator ketiga, download speed mencapai 0,28 Mbps dan upload speed mencapao 0,09 Mbps.

Hasilk pengujian kedua dengan menggunakan Modem, untuk operator XL, download speed mencapai 0,37 Mbps dan upload speed mencapai 0,29 Mbps, sedangkan dua operator lainnya dibawah pencapaian XL.

Hasil pengujian ketiga dengan menggunakan BlackBerry Onix, dilakukan download film dengan kapasitas yang sama, dimana download speed XL 95,3 KBps atau 762 Kbps, sedangkan operator kedua hanya mencapai 54,9 KBps atau 439,2 Kbps, dan operator ketiga mencapai 29,6 KBps atau 236 Kbps.


1 komentar:

  1. Setuju. Pokoke buat konsumen happy om. salam, rudi. http://bit.ly/uhmH9y

    BalasHapus